Saturday, August 18, 2012

NLP: Falsafah Memanah

Di suatu senja, kelihatan seorang raja beserta rombongannya pulang dari berburu di hutan. Hari itu tidak ada satu buruan pun yang berhasil dibawa pulang.

Setibanya di pinggir hutan, raja memutuskan untuk berehat sekejap di rumah milik seorang pemburu yang terkenal karena kehebatannya memanah. Setelah berbual-bual, si pemburu berkata, "Maaf baginda, sepertinya baginda tidak gembira. Apakah hasil buruan hari ini tidak memuaskan baginda?"


Tidak menjawab pertanyaan, raja itu menghampiri sebuah busur tanpa tali yang terletak di suatu sudut. "Pemburu, kenapa busurmu tidak terpasang talinya? Apakah engkau sudah tidak memanah lagi?" tanya si raja dengan nada terkejut.


"Bukan begitu baginda, tali busur memang sengaja hamba lepas agar busur itu boleh ‘berehat'. Berdasarkan pengalaman hamba, tali busur yang tegang terus menerus, tidak boleh dipakai untuk memanah secara optimum".


"Wah, hebat sekali pengetahuanmu! Ternyata itu rahsia kehebatan memanahmu selama ini ya?" kata baginda.


"Memang, kami turun temurun adalah pemburu. Dan pelajaran seperti ini sudah ada sejak dari dulu. Untuk memaksimumkan alat berburu, kebiasaan seperti itulah yang harus hamba lakukan. Mohon maaf baginda, masih ada pelajaran lainnya yang tidak kalah penting yang biasa kami lakukan."


"Apa itu?" tanya baginda ingin tahu.


"Menjaga fikiran. Sehebat mana pun busur dan anak panah, bila fikiran kita tidak fokus, perasaan kita tidak seirama dengan tangan, anak panah dan busur, maka hasilnya juga tidak akan maksimum untuk mencapai sasaran buruan yang kita inginkan".


Mendengar penjelasan si pemburu, tiba-tiba si raja ketawa dan berkata; "Terima kasih pemburu. Hari ini rajamu mendapat pelajaran yang sangat berharga dari seorang pemburu yang hebat."


* Kita perlu tahu mengatur masa untuk bekerja dan beristirahat supaya keberkesanan kerja terjaga.

Sumber: Internet

No comments:

Post a Comment